Hak Pejalan Kaki Atas Jembatan Penyeberangan Mereka

Selasa, 26 Agustus 2014

Halo, selamat malam (bagi yang melihatnya pada malam hari), hari yang indah di tengah lelahnya maba FISIP UI yang baru menyelesaikan PSAK hari kedua :)

By the way, saya membuat tulisan ini dikarenakan tugas terkait PSAK yang sedang dijalani para maba FISIP UI tersebut. Beberapa hari yang lalu saya dan kelompok saya (kelompok 46) mengadakan observasi di daerah Margonda Depok, yang saya namakan, "Hak Pejalan Kaki Atas Jembatan Penyeberangannya".
Tak perlu berbasa-basi lagi, lets check it out! :)


Jakarta... kota yang ramai dan sibuk bahkan saat matahari baru pulang dari bagian bumi yang lain. Mobil, motor, pejalan kaki memadati kota ini. Ya, Jakarta, kota kita. Tepatnya, kota kesayangan kita. Kota ini bukanlah kota luas, hanya sekitar 650km2. Namun karena sugesti kita akan kekompleksitasannya, Jakarta, nampak sebagai kota superbesar, dengan Depok sebagai salah satu daerah pinggirannya. 


Baik, yang akan kita zoom kali ini adalah daerah Depok, tepatnya Margonda. Para mahasiswa Universitas Indonesia pasti mengetahui tempat ini. Tempat yang sangat sibuk, serta fasilitas yang lengkap. Mulai dari tempat fotocopy, peralatan tulis, sampai kuliner yang menggugah selera dengan harga mahasiswa. Ya, ditambah dengan kemacetan berangkat dan pulang kerja, Margonda menjadi area super sibuk. Kendaraan mengemudi cepat sana sini. Kendaraan yang mengemudi cepat ini tentunya sangat membahayakan para pejalan kaki. 



Seperti yang terlihat pada gambar, terdapat sebuah jembatan penyeberangan yang belum jadi, sementara penyeberang dibawahnya tampak kesulitan dalam menyeberang. Termasuk penulis yang tinggal (lebih tepatnya ngekost) di daerah Margonda. Berdasarkan wawancara terhadap tukang ojek yang mangkal di daerah ini, sudah ada beberapa pejalan kaki yang hampir atau sudah tertabrak mobil/motor akibat belum siap pakainya jembatan ini. Jembatan ini sudah mulai dibangun sejak tahun 2013, namun secara resmi proyek jembatan ini mulai dibuat 11 Juli 2014 dan akan diperkirakan selesai November 2014. 
kami mewawancarai beberapa tukang ojek di salah satu area di Margonda

Yang membuat miris adalah pembangunan jembatan tersebut hanya dikerjakan dua orang sehingga terkesan tersendat dan tidak jadi-jadi. Polisi lalu lintas juga hanya mengawasi pada pagi hari, tidak dalam satu hari penuh sehingga kecelakaan tetap terjadi. Namun untungnya, di depan Gang Kober sudah tersedia lampu lintas untuk pejalan kaki. Angka pejalan kaki yang tertabrak memang berkurang cukup signfikan, meski terkadang kasus tersebut masih ada. 


Mengenai jembatan penyeberangan Margonda yang belum rampung, pasti ada beberapa pertanyaan kritis mengenainya. Dua diantaranya adalah:

1. Apakah tersendatnya pembangunan jembatan penyeberangan ini dikarenakan masalah dana? Setahu saya, dalam perencanaan suatu fasilitas umum tentu sudah direncanakan budgetnya dengan matang sampai ke biaya-biaya makan pekerja. Apakah ada sesuatu dibalik ini?

2. Bagaimana dengan polisi? Padahal sudah seharusnya polisi bekerja dengan total, mengabdi untuk masyarakat.


Sekian hasil observasi saya. Maaf kalau ada kesalahan baik dalam hal penulisan maupun  diksi. Terima kasih sudah mau membaca. Mohon diapresiasi dengan:

1. komen tulisan ini dengan mereply link yang saya sebar tadi di twitter.
2. saat men-komen, tagar #wetellyou harap diganti dengan tagar #icare.

Sekali lagi, terima kasih ya :) terusss semangat karena kita #SATUFISIP ! :D

Waktu, Kembalilah Padaku!

Selasa, 29 Juli 2014


Ehm, pertama aku mau ngucapin selamat lebaran yaa... semoga kita menjadi manusia yang lebih baik lagi setelah hari yang fitri ini, aamiin.

Anyway, gaktau kenapa, lagi mut aja nyeritain kenangan ini. Maaf kalo antiklimaks XD

Sewaktu SMP, ketika ditanya universitas mana yang hendak aku pilih, 

aku menjawab: Universitas Indonesia! 
Jurusan? 
kedokteran! 

Walaupun jawaban itu (terutama untuk pemilihan jurusan) terasa sangat ngawur. Dan memang ngawur karena angka 8 di pelajaran matematika dan IPA saja dikualifikasikan sebagai 'kaum minoritas di rapot SMP-ku. Selebihnya, onggok-onggokan 6 yang buncit dan 7--Si Kaki Terbalik.

Tapi anehnya, di Ujian Nasional nilai IPA-ku 9. Sungguh keberuntungan dari yang maha Kuasa. Namun, jodoh memang tidak harus cocok. Ya, angka IPA-ku yang 9, bersanding dengan angka Matematika 7,5. Gakpapa, yang penting lulus *nangis T.T*

Ternyata hanya lulus tidaklah cukup. Aku ini baru lulusan SMP. Lulusan SMP mau kerja apa coba? Orangtuaku memimpikanku menjadi siswi SMA negeri favorit yang berstatus RSBI. Aku tidak memungkiri kalau aku juga ingin, namun impianku berbanding terbalik dengan usahaku mencapainya. Aku memang ikut bimbingan belajar, bahkan di dua tempat. Tapi hanya ikut, dengar, pulang. Nothing, nonsense. Hanya sedikit yang kudapat. Akhirnya, aku ikut ujian seleksi SMA RSBI dengan persiapan baik hanya pada peralatan ujian dan kartu tes. Belajar? Hahaha *cumabisaketawa*. Soal yang kujawab kebanyakan hasil ngasal. 

Aku sungguh merasa menjadi anak yang tak tahu berterimakasih. Padahal mamaku udah nganterin aku kemana-mana buat ngurus berkas-berkas, uang ayahku berhamburan sia-sia sementara anaknya tidak melakukan yang terbaik.

Btw, sehabis ujian, seperti biasa, calon siswa pada ngobrol-ngobrol tentang ujian tadi. Ada yang jawab susah, gampang, dan tidur (?).
Nah, ada teman satu SMPku yang kelihatannya sangat menyesal dan kayaknya....... gimana gitu. Kayak ada sesuatu yang harus dilakukannya selama ujian, tapi tidak dilakukannya. Oh, sebut saja dia Mawar (bukan nama sebenarnya).

"Mawar, lu kenapa?" Tanyaku.
"Ah!!! Nyebelin banget!!!!! Gua ada yang ngasal tadi! Ah! Gila! Sayang banget!!!!! Argh! Rawr! Rawr!"

Wkwk gak pake rawr rawr deng.

Yah aku juga ada yang ngasal keles. Banyak, lagi. Satu pelajaran ada 15 soal. Mayoritas aku hanya menjawab 4 atau 5 soal yang yakin. Untuk matematika, 14 soal ngasal semua.

"GUA NGASAL SATU SOAL!! ARGH!!" geramnya.

Apa?

"Kalo lu, ada yang ngasal nggak, Syah? Pasti gak ada ya?" Tanyanya positif thinking.

"Ehehehehehehehehehe," tadinya aku mau menghibur dia dengan jumlah soal ngasalku yang sampe 14 itu. Tapi nggak jadi..............

Ketika hasil diumumkan, seperti yang diprediksi, aku belum beruntung~~
Dan melihat nilai Mawar yang rerata 9..........

Aku hanya bisa tersenyum :)

Hem yah aku memang menyesal sih. Banyak hal yang pengen aku ulang. Tapi toh, waktu gak bakal balik lagi. Tapi, ketika misalnya kita berhasil mengulang waktu, kejadian yang kita ulang itu mungkin hanya menjadi suatu kejadian yang properly, kejadian yang udah diperbaiki, jadi gak ada kenangan atau pelajaran yang mesti dipetik. Bagi yang gak setuju sih gakpapa, itu hanya pendapatku. Toh waktu gak mungkin bisa diulang kan?

Dan lagi, ini juga udah takdir Tuhan. Mungkin dengan gagalku hari ini, Tuhan memberikanku 'pintu' yang lain dengan ending yang lebih baik. Aamiin.

Udah, gitu aja sih. Antiklimaks kan? Maaf ya hehe. Sipdeh, see ya next posting! :D



Find Our Own Soulmate :D

Senin, 09 Juni 2014

Sebuah catatan nggak jelas. Silakan kalau mau dibaca :)

Ah, dapat satu ilham hari ini. sebenarnya sih ilham tertunda yang baru aku dapetin sekarang. Aku mendapatkan ini dari seorang pria yang memang pantas mendapatkan wanita yang disukainya (asekk~)
Proses keberhasilan-penangkapan-ilham ini menurutku harus dijelaskan dengan cerita yang agak panjang, hehe.
Ceritanya, aku mengikuti Try Out (TO) USM STAN—sebuah sekolah kedinasan di Jakarta. TO tersebut diadakan di tiga SMA di Jakarta. Aku mengikuti TO di salah satu SMA pilihan panitia di daerah Cibubur, Jakarta Timur. Sebenarnya lokasi rumahku sangat jauh dengan lokasi sekolah itu. Tapi, karena aku bareng temanku—Okta, dan ia ingin merasakan suasana berbeda di sekolah yang jauh, maka kami pilihlah sekolah itu. TO tersebut bukan hanya sekadar TO, disana juga terdapat seminar dan campus expo. Aku belum beruntung karena tidak mengikuti campus expo, tapi Alhamdulillah aku dapat mengikuti TO dan seminarnya. Walaupun aku merasa… ehm, kesulitan saat mengerjakan TO-nya T.T.
Awalnya… aku pengen banget ikut campus expo itu. Tapi… sang Maha Pencipta berkehendak lain. Aku kira acara campus exponya dimulai setelah shalat Zhuhur (kira-kira pukul 1 gitu deh). Nah, ternyata setelah aku selesai shalat suasananya malah sepi. Aku kira acaranya sudah selesai T_T.
Yang aku herankan adalah, betapa sepinya suasana masjid di sekolah itu. Yang aku temui cuma beberapa orang wanita peserta TO, beberapa panitia, dan… dua orang pria saat berpapasan di tangga masjid. Aku akui salah satu pria itu lumayan ganteng. Ah, ngeri juga ngeliatnya (ngeliat cowok ganteng, kok ngeri, ya? Ckck). Sekalian mau ngambil sandal juga sih waktu itu. Untungnya gak lupa bilang, “Misi, Kak,” dan dia menyahuti. Agak seneng juga sih, hihi.
Gak cuma masjidnya yang sepi, suasana sekolahnya juga sepi banget. Karena para panitia dan pesertanya lagi jajan? Atau… mereka pulang? Eh tau-tau masih ada sesi seminarnya. Awalnya aku dan Okta malah lupa kalau masih ada sesi seminar. Untungnya seminar baru hampir dimulai. Oke, di paragraf ini aku mau cerita dua keanehan. Aneh part pertama adalah, saat aku memasuki ruangan seminar, suasana seminar yang sepi sehingga yang mengikutinya bisa dihitung dengan jari. Bayangin, kapan lagi dapet seminar yang pembicaranya adalah alumni STAN sendiri? Bagian aneh part dua adalah: kakak yang ganteng yang kami temui di masjid itu tiba-tiba muncul jadi pembicara di seminar kali itu. Weew~
Geudaeyo, aku bakal ngenalin dia. Namanya adalah Kak Kece (nama disamarkan). Ia adalah seorang lulusan sekolah tinggi kedinasan yang saat ini sedang menempuh pendidikan S1 di sebuah PTN favorit. Udah gitu waktu SMA dia sangat aktif berorganisasi—jadi ketua OSIS di SMA nya dulu. Di usianya yang masih muda (kira-kira 24 tahun) dia (menurutku) sudah hidup mapan, sudah punya penghasilan sendiri.
Yang aku herankan adalah (memang banyak yang aku heranin. Tapi jangan heran ya, hehe), di antara setiap manusia disana, dia selalu agak-agak lupa dengan nama orang yang sudah ditanyainya. Tapi… dia selalu ingat namaku. Aneh bukan? Eits, tapi jangan mikir macam-macam. Akan aku jelaskan mengapa nanti, hohoho^^
Ya, itulah yang mengesankan hari itu.
Beberapa hari kemudian…
28 Maret, 2014…
Aku yang tiba-tiba teringat Kak Kece langsung membuka twitternya. Oke, di avatarnya ia berfoto dengan seorang wanita yang awalnya aku kira adiknya. Tak lupa aku jelajahi blognya yang tertera di bio twitter miliknya, lumayan buat nambah inspirasi :D (kata halus dari nge-Stalk XD) Di blog itu… terukir nama… Kak Keren (nama disamarkan)—kekasihnya. Hemm mungkin bagi orang-orang yang mengira dia masih joms dan ‘menyimpan’ suka dengan Kak Kece sejak lama… harus siap-siap patah hati, hahaha. Dia sudah menjalin hubungan dengan Kak Keren selama dua tahun.
Kawan, yang aku bahas ini bukan gosip atau sebagainya, akan tetapi sebagai bahan pelajaran buat aku, terutama kita sebagai kawula muda.
Dari blognya dan blog kekasihnya yang aku telusuri, terlihat bahwa mereka adalah pasangan yang serasi, sama-sama bijak, sama-sama gigih dalam menjajaki hidup. Kak Kece yang alumni STAN, notabenenya adalah sebuah sekolah kedinasan yang-siapa-sih-calon-mahasiswa-tidak-mau-namun-masuknya-sangat-sulit ini. Bagaimana dengan wanita beruntung yang jadi pilihan hatinya? Ya, Kak Keren ini adalah dokter muda lulusan UNPAD yang sudah melakukan praktek. Imagine, an economist and a doctor, what the couple with guaranteed job, isn’t it?
Kawan, yang aku pikirkan sekarang bukanlah betapa mapannya pekerjaan mereka, bukan. Belakangan ini aku membaca buku karangan seorang ustadz cerdas yang bukunya dibuat ilustrasi (semacam komik). Buku itu membahas tentang problematika remaja dalam membahas cinta *ciiiiaaaeeellah* hahaha. Eh, eh, serius nih. Kita pasti pernah suka sama orang kan? (sama lawan jenis tentunya). Kita punya dua pilihan:
1.     Membiarkan perasaan suka itu menjadi liar; atau
2.    Menahannya hingga saat yang tepat

Yang benar adalah pilihan kedua sebenarnya. Ah, padahal aku sudah membaca buku itu dua kali. Tapi anehnya bukan pilihan kedua itu yang aku jalani. Malah pilihan sesat yang aku jajaki.
Kutipan di buku itu yang aku ingat garis besarnya adalah:
Jika aku ingin mendapatkan suami yang baik, aku harus berandai jika aku adalah seorang muslim yang baik itu. Jika aku seorang muslim yang taat kepada Allah, muslimah macam apa yang akan aku ambil sebagai pendampingku?
Itu. Bagian itu yang aku baca berkali-kali. Tapi bagian itu pula yang aku lupakan, hingga aku membaca isi blog pasangan sejoli yang menggugah hatiku itu. Muslim yang baik dan cerdas ya untuk Muslimah yang baik dan cerdas pula, dan sebaliknya.
Ah, tapi banyak juga pria cerdas yang berpasangan dengan wanita yang tidak secerdas pria itu, atau sebaliknya. Haha, pasti banyak yang berpikir begitu kan? Menurut aku nih, ya, setiap orang kan gak ada yang terlahir sempurna, ya kan? Jadi… mereka mungkin berjodoh karena mereka bisa saling melengkapi. Hohoho~
Aku percaya, kalau wanita itu adalah bagian ‘tulang rusuk’ jodohnya yang hilang. Jadi, apa yang si pria lakukan, nggak akan beda jauh sama wanita yang jadi belahan jiwanya. So guys, nggak ada salahnya kan kalo kita selalu memperbaiki diri di masa sekarang, who knows, pria yang jadi belahan jiwa kita sedang memperbaiki dirinya pula. Eits, tapi jangan lupa… esensi kita untuk memperbaiki diri jangan hanya mengharap jodoh semata, tapi juga ikhlas karena ingin memperbaiki diri sebagai hamba Allah. Semoga! J J J J J


*ps:
Kalian pasti penasaran, kan, kenapa waktu itu Kak Kece nggak lupa sama namaku? Jawabannya adalah… jeng jeng jeng!
Ada di salah satu postingan blognya Kak Keren—berjudul AISHA. Yah walaupun bukan Aisyah sih, hehehe. Jadi, jika Kak Kece dan Kak Keren nikah nanti, mereka bakal namain salah satu anak perempuan mereka dengan nama itu. Wah wah, pantas aja Kak Kece nggak lupa sama namaku. Mungkin kayak terjebak nostalgia, hahaha.

Okedehh~ segitu aja postingnyaa.. maaf ya kalau kata-katanya kurang nggak jelas --V) 
see ya next posting! ;)




 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS